KELUARGA MUSLIM

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.(AN-NISA ayat 1)

Sabtu, 23 Februari 2008

ORANG MULIA ITU TERUS MEMBERI

Oleh: KH. Muhith Muhammad Ishaq, Lc, MAg
Dewan Syari'ah LAZ TAMU, Guru ngaji Masjid Al Qalam Islamic Center IQRO' Pondok Gede Bekasi

Siapapun kenal bahwa Abu Bakar Ash Shiddiq ra adalah orang yang sangat dermawan. Sahabat Rasulullah saw yang stu ini membelanjakan hartanya untuk para budak yang disiksa tuannya karena memeluk Islam, menyumbang dana jihad dengan seluruh harta yang ia punya, dan sederet prestasi kedermawanan yang tidak bisa ditandingi bahkan oleh sahabat Umar bin Khaththab ra.
Suatu ketika keluarga Abu Bakar Ash Shiddiq -radhiyallahu 'anhu- tertimpa musibah besar, yang berupa tuduhan besar bahwa Aisyah ra -putri kebanggaan Abu Bakar, istri Rasulullah saw dituduh berbuat yang tidak patut oleh kaum munafiq. Kelurga Abu Bakar ra sangat terpukul berat dengan tuduhan itu. Dan lebih menyakitkan lagi, Mishthah yang selama ini hidup dari pemberian Abu Bakar ra ikut menjadi bagian dari penebar fitnah, gosip yang memojokkan Aisyah ra.
Kemanusiaan Abu Bakar terusik, Abu Bakar geram karena sikap Mishthah yang selama ini ia bantu semua keperluan materinya tidak membantu Abu Bakar menghadapi musibah malah menambah masalah, tidak memberi dukungan pada saat keluarga Abu Bakar menahan tekanan malah ikut menambah beban. Abu Bakar berjanji tidak akan memberikan bantuan lagi kepada Mishthah.
Barangkali kita dapat memaklumi sikap Abu Bakar ra yang demikian ini sebagai akibat dari sikap Mishthah yang bisa disebut tidak tahu berbalas budi.
Tetapi Allah swt mengingatkan Abu Bakar ra sebagai Ulul Fadhli (orang mulia, dermawan) untuk tidak merusak kedermawanannya itu karena sikap negatif yang ditunjukkan oleh penerima kedermawanannya. Allah swt menyebut Abu Bakar sebagai orang yang brelapang rizki dan akan terus memberikan maghfirah dengan menyuruh Abu Bakar ra memaafkan kesalahan Mishthah, berlapang dada atas kekhilafannya, memberikan kembali bantuan sebagai mana dahulu kala.
Janji Allah swt yang demikian lebih menarik hati Abu Bakar ra. Maghfirah itu lebih membanggakan jiwa Abu Bakar dibandingkan dengan sikap Mishthah yang sempat menyakitkannya pada saat ia membutuhkan simpati dan dukungan.
Marilah kita belajar menjadi seperti Abu Bakar ra, terus memberi dan membantu tanpa terpengaruh oleh sikap buruk para penerima. Bershadaqah yang tidak pernah mengharapkan imbalan dari para penerima meskipun ucapan terima kasih dari mereka atau balasan dalam bentuk lainnya. Kita perlu meniru harapan para dermawan yang hanya mengharapkan ridha Allah swt menghindarkan diri dari neraka dan hanya merindukan balasan surga.
Akhirnya, mari kita renungi firman Allah swt: ...dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, Kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. Sesungguhnya Kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan. Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati, dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera. QS. Al Insan: 8-12

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda